Eureka Headlines

Pidato? Siapa Takut?!

Disusun oleh: Dian Ardhini Hapsari

Tidak semua orang berani untuk menerima tantangan untuk memberikan pidato di sebuah acara. Gugup, terbata-bata, hilang kata, keluar keringat dingin dan jantung berdebar-debar adalah reaksi umum seseorang yang merasa tidak siap untuk memberikan pidato di depan umum. Padahal, hal ini akan sering sekali kita jumpai baik dalam kegiatan organisasi maupun dalam kehidupan kita sehari-hari.
Apabila sekarang Anda adalah seorang mahasiswa yang baru saja memulai kuliah di kampus tercinta, pidato akan ditemui di kegiatan-kegiatan kemahasiswaan. Ketika menjadi seorang ketua, baik itu di organisasi tingkat universitas, fakultas, jurusan, bidang, sub bidang, atau kegiatan lain, Anda akan diminta untuk memberi pidato, baik yang bersifat formal, informal maupun semi formal.
Bagaimana jika Anda tidak ikut organisasi kemahasiswaan di kampus? Apakah memberikan pidato penting? Tentu saja. Jika Anda sudah memasuki dunia kerja dan suatu saat Anda menjadi pimpinan di kantor mau tidak mau Anda perlu memberikan pidato, misalnya saat ada rekan bisnis yang datang. Pidato juga bisa hadir dalam kehidupan kita sehari-hari. Misalnya, pada pernikahan sahabat karib, kita diminta untuk memberi pidato atau testimoni mengenai sang sahabat. Tentu saja, sebagai sahabat terdekat akan sulit menolak permintaan ini, bukan?
Ketika kita diminta untuk memberikan pidato, lalu apa yang harus dilakukan? Yang pertama, Anda harus mengerti tujuan pidato: apakah untuk menginformasikan sesuatu seperti laporan ketua panitia. Atau untuk mengucapkan selamat datang kepada peserta seminar. Atau untuk membuka silaturahmi ke rumah tetua desa saat sedang KKN. Setelah itu, perlu juga diketahui siapa audiens yang akan kita ajak bicara. Dan perlu juga diketahui seperti apa tempat/lokasi kita akan memberikan pidato. Setelah itu, kita akan bisa membedakan, apakah pidato yang akan disampaikan bersifat: formal, informal atau semi formal.
Acara yang bersifat resmi, dihadiri oleh petinggi kampus dan berlokasi di auditorium seperti seminar nasional tentu akan memerlukan pidato yang bersifat formal. Contoh lain adalah pidato saat pembukaan KKN (Kuliah Kerja Nyata), penyambutan mahasiswa baru, atau saat berhadapan dengan rekan bisnis maupun klien.
Contoh pidato yang bersifat informal adalah saat Anda diminta untuk memberi sambutan di acara ulang tahun teman, saat acara buka bersama di kampus, atau misalnya saat ada kunjungan bakti sosial ke panti asuhan. Tentu saja, pidato informal bersifat santai dan lebih fleksibel dibanding dengan yang lain.
Pidato semi-formal sedikit lebih menantang dibanding dua lainnya. Sebagai pembicara, Anda perlu mempertimbangkan kondisi atau situasi yang melekat pada acara tersebut. Contoh dari pidato informal antara lain pidato di pernikahan, kegiatan di kampus (outbond, pelatihan, pentas seni, dll) atau ketika kita berkunjung ke rumah Pak Lurah saat KKN. Pidato semi-formal perlu mengikuti rambu-rambu pidato formal meskipun suasana yang dialami lebih santai.
Langkah selanjutnya ketika kita sudah mengerti jenis pidato yang perlu disampaikan adalah menentukan teknik yang akan kita gunakan saat berbicara di depan umum. Ada empat teknik yang biasa digunakan secara umum:
1.       Teknik Impromptu, yaitu memberikan pidato tanpa teks dan persiapan. Pidato dengan teknik ini mengandalkan wawasan dan pengalaman yang telah dialami oleh pembicara. Pembicara biasanya akan lebih spontan dalam memberikan pidato. Namun perlu diperhatikan kemungkinan terjadi demam panggung akibat kurangnya persiapan.
2.       Teknik Memoriter, yaitu membuat sebuah naskah/rencana pidato lalu menghafalkannya kata per kata. Teknik ini memerlukan ingatan yang kuat dari pembicara, karena apa yang dikatakan harus persis seperti apa yang sudah direncanakan, kata per kata. Metode ini memerlukan banyak waktu untuk dilatih terutama apabila pembicara memiliki kesulitan dalam hafalan.
3.       Teknik Manuskrip, yaitu memberi pidato dengan membaca naskah yang telah dibuat sebelumnya. Biasanya digunakan pada pidato resmi atau formal. Pada pidato resmi, seperti misalnya pidato kenegaraan, teknik ini biasa digunakan. Namun pada umumnya, teknik manuskrip akan membuat interaksi antara pembicara dan audiens akan berkurang.
4.       Teknik Ekstemporan, yaitu menuliskan poin-poin penting yang akan disampaikan pada selembar kertas sebagai acuan dalam berbicara. Ini adalah teknik yang sering digunakan, karena pembicara dapat berinteraksi dengan pendengar dengan fleksibel dan memiliki banyak ruang untuk improvisasi. Namun perlu diperhatikan bahwa kefasihan pembicara dapat terhambat akibat kesulitan mencari kata-kata.
Dalam menyusun sebuah pidato, ada tiga hal yang harus ada di dalam kerangka: pembukaan, isi dan penutup. Berikut ini adalah penjelasan mengenai kerangka pada pidato formal, informal dan semi formal.

Formal
Informal
Semi Formal
Pembukaan
-    Sikap: profesional, tegas namun tetap tersenyum
-    Patuhi dress code
-    Salam pembuka formal: Assalamualaikum, selamat pagi, salam sejahtera
-    Humor minimal dan disampaikan dengan elegan
-    Sapa serta sebutkan nama orang penting dan jabatan
-   Ucapkan terima kasih atas kehadiran audiens
-    Gunakan kata baku dan resmi
-   Sikap: sesuaikan dengan acara, pastikan senyum
-   Salam pembuka informal misalnya: hai, halo, apa kabar
-   Humor disarankan
-   Perkenalkan diri
-   Bahasa percakapan sehari-hari dapat dipilih untuk digunakan saat berbicara
-   Sikap: sesuaikan dengan acara, pastikan senyum
-   Salam pembuka formal atau informal
-   Humor apabila pantas diberikan
-   Perkenalkan diri
-   Ucapkan terima kasih atas kehadiran audiens atau kesediaan audiens mengundang (sesuai acara)
Isi
-   Sampaikan isi pidato sesuai dengan maksud dan tujuan
-   Tekankan poin-poin penting yang ada
-   Pertahankan eye contact ke audiens. Gunakan teknik tiga detik. Tatap seorang audiens selama tiga detik lalu pindah ke audiens lain dan sapu ruangan dengan pandangan mata Anda.
-   Gunakan gesture tubuh yang sesuai dengan isi pidato Anda.
-   Gunakan anekdot (cerita) untuk menunjang poin dari pidato Anda.
-   Jagalah intonasi suara sesuai dengan acara yang dihadiri, tentu saja sebuah pidato acara pemakaman dan pernikahan memerlukan intonasi dan sikap yang berbeda.

Penutup
-   Sampaikan kesimpulan dari pidato
-   Sampaikan harapan dan pesan Anda kepada audiens
-   Ucapkan terima kasih kepada audiens
-   Ucapkan salam penutup

Persiapan untuk menyampaikan sebuah pidato memang tidak mudah. Ada banyak hal yang perlu dipersiapkan. Namun, hal tersebut penting supaya pesan yang akan disampaikan dapat diterima oleh audiens dengan baik. Adalah hal yang wajar apabila Anda masih belum menguasai public speaking secara sempurna. Dengan terus berlatih, kemampuan Anda akan terus terasah sehingga menjadi seorang ahli. Practice makes perfect, isn’t it? So, sudah siap memberikan pidato? J

Contact: